Zona bangsa.Com-Lampung Barat
Kelangkaan gas elpiji 3 kg di Kabupaten Lampung Barat, khususnya di Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit, memicu kemarahan warga. Pemerintah daerah dinilai lamban dan tidak serius dalam menangani krisis distribusi gas bersubsidi tersebut, yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat kecil.
Antrean panjang di pangkalan tanpa kepastian stok menjadi pemandangan sehari-hari. Warga kecewa karena sering pulang dengan tangan kosong, meski sudah antre sejak pagi.
“Kami beli, bukan minta. Tapi diperlakukan seperti pengemis. Ini bukan solusi, tapi bentuk pembiaran!” ujar salah satu tokoh masyarakat setempat.
Pengecer Justru Membantu, Tapi Ditekan Regulasi
Warga mengaku lebih nyaman membeli melalui pengecer meski dengan harga sedikit lebih mahal. Pasalnya, pengecer memberikan kepastian stok, kemudahan akses, dan pelayanan yang dianggap lebih manusiawi.
“Lewat pengecer lebih praktis. Biar mahal sedikit, yang penting pasti dapat. Kenyamanan itu penting!” kata seorang warga lainnya.
Namun sayangnya, distribusi lewat pengecer justru ditekan oleh aturan yang dianggap tak sesuai dengan realitas di lapangan.
Dugaan Kolusi Agen: “Yang Dekat, Dapat Jatah Lebih”
Kekecewaan warga semakin dalam karena adanya dugaan permainan kuota di tingkat agen. Mereka menduga agen yang memiliki kedekatan dengan pihak tertentu kerap mendapat alokasi lebih besar.
“Agen yang punya koneksi, lebih sering dapat. Kami yang jauh dari jaringan, hanya kebagian sisa. Mana keadilannya?” keluh warga.
Tuntutan Warga: Pemerintah Jangan Tutup Mata
Masyarakat mendesak pemerintah daerah untuk turun langsung ke lapangan, mengawasi proses distribusi, dan mengevaluasi kebijakan yang selama ini dinilai tidak efektif.
“Jangan cuma duduk di kantor dan buat aturan. Turun dan lihat kondisi di bawah. Rakyat butuh tindakan nyata, bukan janji!” tegas warga.(*)