Banjarmasin, Zonabangsa.com –
Suasana khidmat menyelimuti Masjid Babut Taubah Lapas Kelas IIA Banjarmasin pada pelaksanaan salat Jumat, 20 Juni 2025. Bertindak sebagai khatib, Ustadz H. Asfiani Norhasani, Lc menyampaikan khutbah bertajuk “Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering”, yang menggugah kesadaran jamaah untuk menata hati dan pikiran dalam menghadapi kehidupan yang penuh tekanan.
Dalam khutbahnya, Ustadz Asfiani menekankan pentingnya ketakwaan sebagai landasan utama dalam mencapai kebaikan dunia dan akhirat. Ia mengutip penjelasan dari kitab Kifayatul Atqiya karya Syekh Abu Bakar Syatha, bahwa takwa adalah kunci datangnya kebaikan dan penolak keburukan yang nyata maupun tersembunyi.
“Takwa adalah wasiat Allah untuk semua umat, dahulu maupun sekarang. Dengan takwa, kita mendapatkan penjagaan Allah dalam setiap aspek kehidupan,” ujarnya.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa jiwa manusia sering kali terjebak dalam kegelisahan dan kekosongan, terlebih di tengah kesibukan hidup modern. Karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk menundukkan dan menenangkan jiwanya, agar dapat menjadi jiwa yang mutmainnah tenang dan diridhai oleh Allah Ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Fajr ayat 27–30.
Ustadz Asfiani kemudian menguraikan dua kiat utama untuk mencapai ketenangan jiwa:
1. Bersyukur
Menurutnya, bersyukur bukan hanya sekadar ucapan, melainkan perasaan mendalam yang lahir dari kesadaran akan nikmat Allah. Sikap syukur inilah yang mampu melahirkan ketenangan dan rasa cukup, bahkan di tengah keterbatasan.
Ia juga menyampaikan tafsir dari Imam Al-Qusyairi yang menegaskan bahwa batin yang bersyukur akan mendapatkan penjagaan lahiriah berupa ketenangan dan perlindungan nyata dari Allah.
2. Tafakkur atau Berpikir Positif
Berpikir positif disebutnya sebagai cara menghadapi tekanan hidup dengan sikap yang lebih bijak dan optimis. Dengan mengutip hadits dalam kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din karya Imam Al-Mawardi, beliau menyampaikan bahwa akal yang sehat dan positif adalah anugerah yang menuntun manusia menuju petunjuk.
“Berpikir positif bukan berarti menutup mata dari kenyataan, tapi menguatkan cara pandang kita agar tetap optimis dan tidak mudah putus asa,” tuturnya.
Mengakhiri khutbahnya, Ustadz Asfiani mengingatkan agar setiap usaha selalu disertai dengan doa. Sebab, usaha tanpa doa dapat menjadikan hati keras dan jiwa sombong. Ia mendoakan agar seluruh jamaah diberi ketenangan hati, kekuatan iman, dan kelapangan jiwa dalam menghadapi ujian hidup.
“Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-Nya yang bersyukur, berpikir bijak, dan senantiasa diberi ketenangan dalam setiap langkah,” tutupnya.
(Lapas Banjarmasin)