Banjarmasin, Zonabangsa.com –
Di sebuah sudut Lapas Kelas IIA Banjarmasin, tepat di depan Cafe Asteda, hamparan tanaman cabai tumbuh rapi dalam deretan bedengan yang terawat. Di sanalah Rahmat, seorang warga binaan, tampak sibuk memeriksa daun-daun cabai yang mulai menguning. Tangannya cekatan mencabut gulma sambil sesekali menatap langit, seperti menghitung waktu panen yang tak lama lagi tiba.
Pemandangan itu terlihat pada Jumat, 13 Juni 2025, saat warga binaan yang tergabung dalam program pembinaan kemandirian kembali menjalankan rutinitasnya merawat kebun cabai.
Bagi Rahmat, kebun cabai itu bukan sekadar lahan bercocok tanam. Ia menyebutnya sebagai “kebun harapan”, tempat ia menanam kembali semangat hidup yang sempat layu saat pertama kali menjejakkan kaki di balik jeruji.
“Dulu saya tidak tahu cara tanam cabai, tapi di sini saya belajar dari nol. Sekarang saya yang paling awal datang ke kebun, bahkan sebelum yang lain datang. Rasanya kayak punya tanggung jawab besar untuk jaga tumbuhnya harapan ini,” ujar Rahmat sambil tersenyum.
Kebun cabai ini merupakan bagian dari program pembinaan kemandirian yang digerakkan oleh Seksi Kegiatan Kerja. Dengan pendampingan dari petugas dan pemanfaatan lahan terbuka di depan Cafe Asteda, kebun ini menjadi salah satu bukti bahwa warga binaan mampu berkontribusi dan belajar hal baru selama menjalani masa pidana.
Hazairin, Kepala Seksi Kegiatan Kerja, mengapresiasi semangat dan kedisiplinan warga binaan dalam menjalankan program pertanian ini.
“Rahmat menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari hal sederhana. Ia tekun dan bertanggung jawab, menjadi contoh positif bagi teman-temannya dalam memaknai pembinaan sebagai kesempatan memperbaiki diri,” ujar Hazairin.
Kegiatan perawatan kebun ini berlangsung secara rutin dan berkesinambungan di bawah pendampingan langsung Kasubsi Bimbingan Kerja, Ikrar Aulia. Setiap hari, Rahmat dan rekan-rekannya melakukan penyiraman, membersihkan gulma, serta memastikan tanaman dalam kondisi sehat.
Kalapas Kelas IIA Banjarmasin, Akhmad Heriansyah, menyampaikan bahwa program seperti ini bukan hanya mendidik warga binaan secara teknis, tapi juga secara mental.
“Kami ingin mereka pulang sebagai pribadi yang lebih siap, tidak hanya terampil tapi juga punya mental pekerja. Cerita seperti Rahmat adalah hasil dari pembinaan yang kami dorong setiap hari,” ujar Kalapas.
Di balik deretan tanaman cabai yang perlahan berubah warna dari hijau ke merah, kisah Rahmat dan rekan-rekannya tumbuh bersama harapan. Kebun kecil itu mungkin tak luas, tapi cukup luas untuk menampung impian baru dari balik tembok tinggi. (red)